Buku ini adalah kumpulan cerpen yang berisikan dongeng tentang seorang nenek yang berjalan terbungkuk-bungkuk dengan tongkatnya seolah mencari jarum yang hilang di dataran yang sangat luas dan kemudian tergambar di permukaan bulan. Bertahun-tahun, berbulan-bulan, dia melakukan hal yang sama, membungkuk dengan memegang tongkat dari potongan kayu sepanjang sedepan lebih dari tinggi tubuhnya. Tetapi bagaimana mengukur tinggi tubuhnya. Tetapi bagaimana mengukur tingginya kalau selamanya dia terbungkuk sebab punggungnya tidak dapat diluruskan kembali, sudah telanjur terkutuk demikian. Mungkin usianya sudah lebih dari sembilan puluh tahun bahkan ratusan tahun sebab perempuan tua sudah muncul di bulan semenjak aku masih kanak-kanak. Bersama ayah, aku biasa memandang permukaan bulan dan ayah selalu bertanya apa yang aku lihat di situ. Orang-orang pernah mengatakan bahwa di permukaan bulan terletak gambar wajah Bung Karno pada saat situasi memanas saat Bung Karno didongkel, begitu kata mereka. Kata “didongkel” itu demikian popular di masa itu, dan saat bulan purnama para pengagum Bung Karno beramai-ramai memandang bulan yang menampilkan wajah idola mereka itu, dan mengatakan Bung Karno akan hidup lama sebagai Presiden Seumur Hidup.
Cerpen yang ditulis oleh Sunaryono Basuki Koesnosoebroto ini tidak hanya berisikan Dongeng tentang Seorang Nenek di Bulan. Namun, ada 19 cerpen lain ssssyang terdapat di dalam buku ini, diantaranya adalah Apa Salah Wajah Ku, Bingkai-bingkai dalam Pusaran, Buah, Dewi Sungai, Sahabatku Irfan Sulaiman, Jangan Bilang Cinta dan lain-lain. |